Selama ini kita sering berfikir & beranggapan bahwa “kenyamanan” adalah bukan suatu masalah bagi kita. Kita sering mengira “kenyamanan” adalah suatu anugrah atau berkat yang Tuhan taruh dalam hidup kita ( itu memang benar ), tapi disisi lain “kenyamanan” adalah senjata terkuat setan buat menghayutkan kita & masuk kedalam masalah yang besar. Coba kita ingat-ingat diri kita sebagai contohnya ( yach ni sebenernya sich pengalaman pribadi sich, kalo gitu contohnya aku hwa… ha… ), kalo Tuhan sering mencurahkan berkatnya atas kita hari makin hari semakin tambah diberkati apa yang sring kita lakukan? Yach pada awal-awal sich pasti masih ingat pada Tuhan tapi, coba kalo itu terjadi dalam waktu yang cukup lama? Kebanyakan ( nich kebanyakan lho? jadi bukan semua orang gini! ) orang pasti akan terlena & terhayut akan berkat ini! ya ga? & truz apa yang terjadi kalo kita terhayut? Pasti kita akan lupa sama pencipta kita “Tuhan”! Itulah yang setan kerjakan kalo kita terhayut dalam berkat.
Sebenernya di bangsa kita
Contoh “kenyamanan: yang lain sebenernya ada banyak, contohnya: Sebagai anak muda kita sering nyaman denga pacar kita & dengan apa yang kita lakukan ( alah tau
Sebenernya masalah demi masalah yang Tuhan taruh dalam hidup kita adalah suatu proses dimana Tuhan mau membentuk suatu karakter kerohanian kita. Jadi jangan lari dari masalah tapi hadapi masalah itu ( walo kita jatuh bangun. Tenang, Tuhan tidak akan membiarkan masalah menghimpit kita. Karna semua telah Tuhan atur sesuai kemampuan kita ) karna setiap masalah yang kita hadapi, akan membawa ke berkat yang Tuhan telah siapkan.
Coba kita lihat contoh…. Hm…m… Guci yang bagus, indah & tentunya sangat mahal. Kalo kita tengok pembuatannya gimana? Pasti butuh proses-proses hingga akhirnya tercipta guci itu
Dalam kehidupan, umat manusia tak pernah berhenti berduyun-duyun mencari, untuk menemukan apa yang disebut sebagai rasa nyaman. Namun, sedikit yang sanggup menyadari, bahwa kenyamanan berpotensi mematikan. Ketika manusia berada dalam ruang bernama rasa nyaman, tanpa disadari kepekaan menjadi tereduksi. Karena nyaman, adalah sebuah candu yang melenakan. Sebuah candi, tempat menyongsong mati.
Sementara gelisah; yang seringkali dianggap sampah yang selalu diharapkan untuk musnah; sebenarnya adalah setetes anggur yang akan membuat gairah kehidupan semakin menjalar dan membesar. Hingga kita tak hanya sekedar diam dalam posisi berdiri, namun juga berlari, meloncat bahkan menari.
Hanya kegelisahan-lah yang akan membuat kita, bergerak melakukan sesuatu. Sesuatu yang tak akan pernah kita temukan, ketika kita terjebak dalam kenyamanan. Sesuatu yang berpotensi merubah keadaan. Memutarbalikkan kenyataan. Merusak komposisi lukisan yang seakan sudah tertata rapi dan jadi, menjadi sebuah abstraksi yang akan memberikan banyak kejutan. Membuat garis-garis warna, yang membuat hidup tak sekedar menjadi sebuah perjalanan yang menjemukan, memuakkan, dan membosankan. Merubah kehidupan, dari sekedar mekanisme robotis; dimana menarik dan menghembuskan nafas hanya sekedar sebuah kewajiban pertahanan hidup tak berkesudahan; menjadi sebuah koreografi tari yang penuh liukan improvisasi yang membawa jiwa menerbang menuju surga yang sebenarnya. Bukan sekedar tempat imajinasi yang tersimpan di kitab-kitab budaya warisan para nabi.
Karenanya, sebagai makhluk yang disebut manusia; yang konon berakal dan berlogika;, tak sepantasnya jika hanya sekedar berdiam diri, mengurung tubuh dalam ruangan yang sejuk meninabobokkan, tanpa sekalipun berusaha memelihara kegelisahan yang sanggup menghentakkan. Kenyamanan tak ubahnya arsenik yang membunuh secara pelan dengan diam-diam, tanpa perlu membuka jalan. Anak panah yang melesat cepat, tanpa mencipta cacat.Oleh karena itu, Descartes berucap ‘Cogito Ergo Sum…’. Aku berpikir, maka aku ada. Karena hanya dengan terus berpikir (yang tentu akan mencipta kegelisahan), manusia secara sengaja akan bisa membuka pintu-pintu menjadi menganga. Hingga jawaban, bukan sekedar benda asing di atas awan. Dan hidup, tak lagi menjadi sebuah kesia-siaan.Begitulah. Keindahan ketika manusia sanggup merasa nyaman dalam ketidaknyamanan. Sekaligus merasa tak nyaman, dalam kenyamanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar